Kamis, 28 November 2013

Tips Cari Kos-kosan buat Koas

Mencari kos yang nyaman itu memang gampang-gampang susah. Secara tidak langsung, kos pun bisa mempengaruhi semua hal dalam hidup kita. Tips berikut sebaiknya bisa dijadikan bahan pertimbangan sebelum para calon koass/koass memilih kos.

1. Dekat dengan rumah sakit.
Ini yang utama, terutama bagi kalian yang suka bangun tidur kesiangan. Semakin dekat lokasi kos kita dengan rumah sakit, maka semakin sedikit kemungkinan kita datang terlambat ke rumah sakit. Seandainya ada barang penting/tugas yang tertinggal di kos dan harus kita butuhkan di rumah sakit saat itu juga, kita bisa pulang sebentar mengambilnya. Saat kita mau ujian koass pun, kita dapat dengan mudah datang ke rumah sakit pada malam harinya untuk melihat kasus-kasus pasien apa yang ada disana.

2. Dekat dengan warung makan
Setiap koass hampir pasti sedikit memiliki waktu santai, apalagi untuk memasak di kos. Nah, Letak kos yang dekat dengan warung makan benar-benar harus dijadikan pertimbangan. Jangan lupa juga, seorang koass itu bakal sering kelelahan. Saat lelah, biasanya kita jadi lapar. Nah, saat pulang dari rumah sakit dan sampai di kos dengan perut yang lapar, kita bisa langsung menuju ke warung tersebut.

3. Dekat dengan kos koass lain
Ini juga penting untuk mencari dan bertukar informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia per”koass”an ke koass lain. Dunia koass selalu dinamis, bila kita tidak sering memantaunya, kita bisa ketinggalan informasi.

4. Aman
Ini penting, karena di zaman sekarang, barang-barang punya koass biasanya hi-tech semua. Mulai dari hand phone, kamera digital, laptop serta gadget-gadget canggih lainnya.

5. Dekat dengan warnet dan Laundry kiloan.
Ini pun cukup krusial, karena tugas-tugas koass biasanya sering mencari jurnal di internet sebagai bahan referensi untuk mengerjakan tugas referat atau lapsus. Jarang koass sanggup nyuci bajunya sendiri dan jas lab, biasa ditumpuk terus sampai seminggu baru di cuci,, Disamping itu, terpikir juga seandainya waktu kita mencuci jas koass dan kemudian menjemurnya, lantas jemuran kita hilang, maka kita tidak bisa jadi koass lagi. Antar ke Laundry aja cuciannya.

6. Tidak tinggal sendiri
Takutnya tidak ada yang membangunkan kamu sewaktu pagi hari, setelah tadi malam begadang karena mengerjakan tugas. Alasan lain, dengan tinggal rame-rame bersama kawan koass yang lain, biasanya suasana lebih berwarna, sehingga bila kita lagi suntuk atau stress sehabis koass, minimal ada teman curhat yang bisa dijadikan tempat berbagi.

Sumber:
http://kisahdoktermuda.wordpress.com/2011/08/04/tips-mencari-kos-untuk-koass/

Benarkah Koas itu Sombong

Ada sebuah tulisan yang cukup menghebohkan dunia kedokteran, terutama pendidikan dokter. Tulisan yang dimuat di kompasiana itu berjudul Para Calon Dokter itu Sombong Sekali yang ditulis oleh Afandi Sido. Penulis blog itu menuturkan tanggapannya atas apa yang ia lihat dan rasakan terhadap dokter-dokter muda yang ada di salah satu RS di Yogyakarta. Ia merasakan dari sisi awam bahwa dokter-dokter muda menyebabkan kesenjangan sosial dan cenderung eksklusif, tidak memiliki rasa empati terhadap pasien dan orang-orang sekitar.
Dalam tulisan ini saya mencoba untuk memberikan tanggapan dari sisi dokter muda mengenai tulisan dan berbagai streotipe yang beredar di masyarakat. Semoga dapat memberi cakrawala lain bagi tulisan tersebut. Dan tentu tulisan ini adalah opini dan argumentasi.

Menjadi dokter adalah sebuah cita-cita bagi banyak orang. Menjadi dokter juga adalah sebuah impian, harapan bagi berbagai idealisme. Baik idealisme menolong orang lain, memenuhi harapan keluarga, hingga mengangkat harkat martabat keluarga. Apapun itu dasarnya, tidak bisa dielakkan, tidak bisa diubah, dan itulah keunikan setiap individu yang ingin menjadi dokter.

Menjadi dokter pula bukan berarti tanpa biaya. Namun juga bukan berarti biayanya murah. Memang sebuah fakta, bahwa menjadi dokter, di Indonesia, adalah barang yang mahal. Kocek memang harus diraba lebih dalam. Hal ini membuat asumsi masyarakat bahwa FK (Fakultas Kedokteran) adalah Fakultas Kaya. Saya kira suatu hal yang masuk akal saja bahwa orang yang mampu secara ekonomi dapat masuk FK, toh dia mampu-mampu saja. Dan tentu saja dibalik itu orang yang tidak mampu, tidak boleh tidak dapat masuk FK karena terdapat banyak jalur pembiayaan pendidikan termasuk beasiswa. Yang jelas kedua-duanya, baik yang kaya atau tidak mampu, memiliki satu kesamaan yang tidak dimiliki orang lain, yaitu kemampuan akademik yang tepat untuk menjadi dokter. Itu saja. Maka saya kira masalah pundi-pundi bukan alasan untuk masuk FK.

Menjadi dokter harus melalui dua tahap pendidikan, yaitu praklinik dan kepaniteraan klinik. Praklinik adalah menjalani kuliah-kuliah selama 3,5 tahun-4 tahun dan setelah menyelesaikannya akan diberi gelar S.Ked (Sarjana Kedokteran). Seorang S.Ked belum dapat menjadi dokter. Sama seperti Seorang SE (Sarjana Ekonomi) belum dapat menjadi akuntan. Seorang SH (Sarjana Hukum) belum dapat menjadi advokat atau notaris. Maka seorang S.Ked harus menjalani kepaniteraan klinik atau koas (dari kata ko-asisten, artinya jelas sebagai asisten dokter, bukan dokter) atau periode dokter muda selama 1,5-2 tahun. Setelah itu, dengan kurikulum baru dan kebijakan baru harus melewati masa internship selama 1 tahun dengan STR sementara, sebelum itu menjalani UKDI (Ujian Kompetensi Dokter Indonesia). Baru dapat mengajukan STR tetap dan SIP sesuai dengan UU Praktik Kedokteran. Baru dapat praktik mandiri sebagai dokter.

Menjadi koas. Menjadi koas adalah suatu periode pendidikan dokter yang ditekankan pada penerapan (aplikasi) teori-teori yang sebelumnya sudah didapat dari periode praklinik. Menjadi koas bukanlah menjadi dokter mandiri. Koas memiliki hak dan kewajibannya sendiri dan serupa-tak-sama dengan hak dan kewajiban dokter. Koas dan dokter punya kewajiban untuk menghormati pasien, bersikap profesional sesuai keilmuan, dan lainnya. Namun koas tidak ada hak untuk berpraktik mandiri. Semua apa yang dilakukan koas harus berada dibawah supervisi dokter pembimbingnya. Namun dibalik itu mereka pun dituntut untuk memiliki profesionalisme layaknya dokter mandiri. Jadi, saya kira ketika masyarakat awam berhadapan dengan koas, maka sudah sesuai aturan yang ada, bila mereka tidak dapat menegakkan diagnosis dan memberi terapi secara mandiri di depan pasien tanpa dikonsultasikan dengan pembimbingnya.

Menjadi koas memang posisinya seperti serba tanggung. Mereka menganamnesa pasien, memeriksa pasien, kemudian baru dilaporkan ke pembimbing, dan diricek ulang pembimbing, baru dapat ditegakkan diagnosis oleh pembimbing. Memang tampak ribet, dan tidak seperti ke dokter biasa yang bisa dilewati proses oleh dokter muda langsung ke dokter praktiknya. Hal ini tidak jarang memberi kesan bagi pasien, apakah saya jadi bahan percobaan? Tentunya di sini perlu ada kesepahaman antara dua pihak. Koas perlu bersikap profesional dan memberi rasa nyaman sehingga pasien tidak dirugikan. Dan sebaliknya pasien perlu paham bahwa dirinya bukanlah kelinci percobaan, tetapi dirinya terlibat sebagai guru bagi koas sehingga koas pun bisa mengembangkan dirinya untuk menjadi dokter yang baik kelak. Apakah masyarakat mau punya dokter yang selama hidupnya hanya melakukan tindakan dengan boneka saja?

Apakah pasien harus takut bila diperiksa koas? Ini kembali lagi kesepahaman. Koas harus bersikap profesional, rasional, dan sesuai dengan janji hipokratiknya untuk "First do no harm -- Yang terutama, jangan mencelakakan orang". Kemudian ia menerapkan apa yang ia pelajari sesuai dengan standar ilmu yang ada. Di dalam proses dunia fana ini, mungkin terjadi kesalahan. Misalnya koas yang menginfus pasien menyebabkan bengkak di tempat penusukan dan akhirnya penusukan infus diberikan ke pembimbing. Ingat bahwa semata-mata, koas tidak ada niat mencelakakan pasien, ia berusaha yang terbaik bagi pasien. Kesalahan yang ada bukan disengaja. Tindakan-tindakan ini memerlukan pengalaman yang tak hanya sekali. Seperti anak yang belajar berjalan, apakah ia dapat tanpa tejatuh atau tertatih dahulu?

Menjadi koas, seperti yang disebutkan, perlu mengedepankan rasa profesionalisme layaknya dokter praktik. Harus mampu menempatkan diri dan sikap yang sesuai. Jelas dokter muda tidak boleh terlihat asyik bermain game di depan pasien. Dokter muda tidak boleh diam saja ketika pasien memerlukan pertolongan. Dokter muda tidak boleh terlihat cengengesan di depan pasien. Ya, ini layaknya seorang dokter.

Selama hampir 1 tahun saya menjadi koas, saya merasakan banyak pengalaman menjadi dokter muda. Baik dari yang diacuhkan pasien karena saya seorang dokter muda, namun tidak sedikit saya mendapat pengalaman berharga bersama pasien. Banyak pasien yang juga senang terhadap dokter muda, karena mereka dapat mencurahkan isi hatinya lebih banyak, karena mereka dapat bertanya lebih banyak. Karena dengan dokter mudalah yang lebih sering berinteraksi dengan mereka daripada dokter konsulen dan perawat. Karena dokter mudalah yang sering menjawab bel panggilan mereka ketika infus mereka macet. Karena dokter mudalah yang seharian membantu memberi napas bantuan melalui kantung ambu ketika pasien tidak mampu membayar ICU. Dokter mudalah yang menghitung detail air minum dan air kencing pasien yang gagal jantung. Dan tentunya ini berakhir dengan ucapan: "Terima kasih dokter" kepada dokter muda itu.

Apa kesimpulannya? Antara pasien dan koas perlu ada kesepahaman, perlu ada rasa menghargai dan menghormati satu sama lain. Eksistensi keduanya saling diperlukan. Pasien tidak perlu lagi merasa dirinya kelinci percobaan. Koas tidak perlu merasa pasien adalah duri dalam daging. Tetapi keduanya saling merasa membutuhkan sehingga menghasilkan hubungan yang mutualisme satu sama lainnya.

Sumber:
http://catatankoas.blogspot.com/2010/09/dokter-muda-koas-benarkah-mereka-itu.html

Koas Itu Apaan Sih?

Mungkin temen-temen dari luar dunia kedoteran banyak yang ga tahu istilah koas atau biasa juga disebut dokter muda. Okey temen-temen, koas atau dokter muda adalah lulusan pendidikan sarjana kedokteran yangg sedang menjalani pendidikan profesi dokter umum. Pendidikan dilakukan dengan magang di rumah sakit dan di bawah pengawasan konsulen.
Dan yang temen-temen harus tahu koas merupakan salah satu profesi yang paling mulia dimukabumi ini (agak lebay). Tapi itu kenyataan bayangin aja sapa yang mau kerja siang malam tanpa digaji. Menurut  pahlawan tanpa tanda jasa adalah koas.
 

Senin, 25 November 2013

Selamat datang

Selamat datang temen2 di kaosbaikhati. Semoga bisa bermanfaat buat temen2.